Pemalak dan peminta-minta ala Edmonton..

p21705142Buat yang sering naik kendaraan umum di Jakarta (utamanya Metromini dan Bis kota), tentu pernah atau malah sering ketemu dengan ‘Abang-Abang’ atau ‘Bapak-Bapak’ yang membawa secarik kertas untuk kemudian ditunjukkan sesudah kendaraan umum melaju. Biasanya mereka akan maju ke depan, ke daerah di dekat kursi pengemudi dan menunjukkan kertas tersebut sambil bercerita, entah itu tentang baru di PHK, atau tentang anaknya yang sedang sakit dan harus ditebus dari RS, atau bahkan baru keluar dari penjara.

 

Umumnya di akhir cerita, si Abang-Abang atau Bapak-Bapak ini kemudian menutup dengan perkataan sejenis ini : ‘saya minta perhatian dan sumbangan dari Bapak, Ibu, saudara-saudari sekalian, daripada saya merampok …”. Ditambah dengan tampang si pencerita yang umumnya sangar plus tato di anggota tubuh maka lengkaplah ‘pemerasaan’ atau ‘pemalakan’ halus tersebut. Penumpang yang udah keder duluan biasanya tanpa banyak cing cong akan memasukkan uang 500 atau 1000 rupiah ke dalam kantong plastik (umumnya bekas bungkus permen) yang diedarkan si Abang-Abang / Bapak-Bapak itu. Baca lebih lanjut

Kenapa kita dilahirkan?

Why...Saya terus terang tidak begitu kenal siapa itu William Barclay. Hasil search di Google memberikan indikasi bahwa beliau ini seorang ahli teologia, pendeta sekaligus pengarang buku berkebangsaan Skotlandia. Saya sendiri belum pernah membaca satu pun buku karangannya, tetapi perkenalan saya dengan William Barclay hanya terjadi saat pada suatu hari secara tidak sengaja saya menemukan suatu quote menarik yang katanya berasal dari beliau ini.

 

Quote itu berbunyi :

—There are two great days in person’s life, the day we are born and the day we discover why (William Barclay)—

 

Kalau dialih bahasakan ke Bahasa Indonesia, artinya kurang lebih : “Hanya ada dua hari paling penting dalam kehidupan manusia, hari saat kita dilahirkan dan hari saat kita menemukan kenapa (kita dilahirkan)”.

 

Waktu saya lahir hampir 33 tahun yang lalu, saya percaya penuh itu hari yang luar biasa penting buat keluarga saya. Mama sering bercerita betapa bahagianya Bapak saya saat itu, Ompung Doli (Kakek) dan Ompung Boru (Nenek) dari pihak Bapak dan semua keluarga karena kebetulan saya adalah cucu pertama di keluarga baik pihak Bapak maupun Mama saya. Buat saya sendiri tentu itu hari paling penting, karena kalau hari dimana saya dilahirkan tidak ada, maka keberadaan saya di dunia ini tidak akan pernah terjadi.

 

Tapi dalam kaitannya melanjutkan quote itu, kenapa donk saya dilahirkan ?

 

Baca lebih lanjut

The 3rd milestone…

sepuluhribu3Tepat tanggal 27 Desember 2008 yang lalu, blog ini mencapai milestone-nya yang ke-3 yaitu hit ke 10.000. Kira-kira 200 hari telah ditempuh sejak milestone-nya yang kedua (hit ke 1000).

Saya berterima kasih kepada Anda-Anda yang sudah menyempatkan mengunjungi blog ini, juga kepada beberapa orang yang ternyata rutin berkunjung ke blog ini. Semoga cerita-cerita share pribadi yang ada di blog ini memberi inspirasi, motivasi dan berkat (seperti kata salah satu pembaca) buat siapa saja yang membacanya. Tidak ada niat saya berbagi cerita di sini selain berusaha menginspirasi banyak orang, terutama Anda-Anda yang mungkin sedang susah, sedang patah semangat, sedang merasa tidak beruntung, dan sebagainya.   Baca lebih lanjut

Kartu Natal Masih Laris di Edmonton..

kartunatal

Ada satu tradisi menjelang hari Natal yang sekarang sudah mulai ditinggalkan orang-orang di Indonesia, termasuk saya sendiri waktu terakhir merayakan Natal di Indonesia.

Tradisi yang saya maksudkan adalah mengirimkan atau memberikan kartu ucapan selamat Natal kepada saudara, teman , relasi dan orang-orang yang kita kenal.

Saya masih ingat zaman saya kecil dulu sampai saya kuliah, tradisi mengirimkan kartu Natal masih jamak dilakukan. Waktu saya sudah kuliah di Bandung pun, setiap menjelang hari Natal saya selalu sibuk membeli banyak kartu Natal, menuliskan lalu mengirimkannya via kantor pos ke orangtua, paman, tante, teman dan banyak lagi.

Tetapi sejak hand-phone dan internet (terutama email) menjadi sesuatu yang trend di masyarakat, budaya mengirimkan kartu Natal pelan-pelan ditinggalkan dan digantikan oleh SMS maupun email.  Beberapa tahun belakangan ini, saya nyaris tidak pernah lagi menerima kartu Natal. Semuanya digantikan oleh aneka jenis SMS Natal maupun email-email Natal lengkap dengan segala jenis animasinya.

Makanya saya jadi kaget sendiri saat beberapa hari menjelang Natal pertama saya di Edmonton, saya mulai menerima kartu-kartu Natal dari teman-teman sekantor, bahkan dari wanita tua mantan tetangga saya waktu masih tinggal di Surrey Gardens beberapa bulan lalu.

Ternyata budaya mengirimkan kartu Natal ditambah dengan ucapan selamat Natal menggunakan tulisan tangan masih ‘hidup’ di Edmonton. Saya yang karena terpengaruh kebiasaan waktu masih di Indonesia tadinya sudah siap-siap dengan berbagai aneka SMS dan format email Natal menjadi malu sendiri. Waktu saya tanya kenapa masih rajin mengirimkan kartu Natal, tidak pake SMS saja, seorang teman orang India yang memberikan kartu Natal ke saya (meskipun dia tidak merayakan Natal)  menjawab bahwa kartu Natal memberikan sentuhan personal, spesial dan akan lebih diingat daripada SMS ataupun email.

Saya kira teman saya itu benar. Karenanya Natal tahun depan saya bertekad akan menghidupkan lagi kebiasaan lama itu, memberikan kartu Natal kepada saudara, teman-teman dan orang-orang terdekat di hati.

Selamat Hari Natal 25 Desember 2008 dan Tahun Baru 2009 buat Anda semua yang mengunjungi blog ini…Semoga Natal membawa damai sukacita buat kita semua, sekaligus membawa harapan baru untuk menghadapi berbagai ketidakpastian dan apapun sumber kekhawatiran di Tahun Baru menjelang.  

Mohon maaf kalau kartu Natal belum ada tahun ini… 🙂

AKU ORANG INDONESIA !!

merah-putihDari seluruh karyawan Colt WorleyParsons Edmonton, Canada yang jumlahnya sekarang kira-kira 2000an orang, hanya ada 2 (dua) orang karyawan berkebangsaan Indonesia. Saya dan seorang teman saya, Pak Sugeng Pariono, seorang Process Engineer.

 

Dibandingkan karyawan expat lainnya terutama yang berkebangsaan India, Philippine, China, dan Iran, maka jumlah dua orang Indonesia ini sungguh amat tidak significant. Karyawan berkebangsaan Rusia, Venezuela dan lain-lainnya malah masih jauh lebih banyak daripada bangsa Indonesia. Baca lebih lanjut

BERSYUKUR…

bersyukur

Saya bersyukur pernah merasakan bagaimana hidup ‘susah’. Susah dalam konteks tulisan kali ini adalah dalam arti berkekurangan secara materil ,bukan kurang dalam hal kasih sayang. Kalau dalam hal kasih sayang, sejak kecil sampai sekarang saya tidak pernah kekurangan kasih sayang dari orangtua, adik2 saya, dan sekarang tambahan dari istri, bayi kecil kami, mertua serta ipar-ipar saya. Plus tentu dari teman-teman dan semua orang yang saya kenal serta mengasihi saya.

 

Baca lebih lanjut

Kembali utuh..

new-lifeHampir dua minggu saya tidak pernah ngupdate blog ini…Bukannya malas menulis, tetapi saya menghilang selama dua minggu dalam rangka menempuh perjalanan panjang dari Edmonton kembali ke Pematang Siantar buat jemput istriku Ondang dan bayi kecil kami, Felicia….kemudian kembali lagi ke Edmonton.

Perjalanan yang sangat melelahkan dan sudah pasti mengganggu jam metabolisme tubuh saya akibat perbedaan waktu yang sampai 14 jam antara Siantar dengan Edmonton. Dalam perjalanan bolak balik ini, saya sendiri total menghabiskan waktu kira-kira 36 jam di udara plus 20an jam transit di beberapa tempat. Kembali ke Edmonton adalah perjalanan yang paling berat, karena kami membawa bayi dan segala perlengkapannya, ditambah tangisan2nya selama dalam penerbangan, mengganti pampers-nya di dalam toilet pesawat yang kecil dan diganggu turbulensi yang tiba-tiba…dan pernak-pernik lainnya yang harus dihadapi jika terbang dengan bayi. Untung Ibu mertua menyertai kami dalam perjalanan ini, sehingga ada yang bisa bantu menjaga Felicia..

Tetapi semua kesusahpayahan itu hanyalah sebutir pasir hitam diantara tak berhingga pasir putih di pantai kebahagiaan yang tercipta karena kini kami bertiga kembali utuh sebagai keluarga. Seperti dulu lagi…dan apakah yang lebih berharga di dunia ini daripada bisa bersama-sama dengan keluarga, bersama-sama dengan orang-orang yang kita kasihi ?

Semakin lengkap kebahagiaan saya melihat Felicia dan istri ternyata tidak sampai sakit karena perbedaan iklim yang sangat drastis ini…Langkah pertama untuk meraih kehidupan yang lebih baik buat keluarga sudah kami tapaki bersama, semoga merupakan langkah yang terberkati dan sesuai dengan rencanaNya.

Akhh…nikmatnya pagi-pagi menikmati kopi dan sarapan buatan istriku…bangganya bisa bawa masakan istri ke kantor buat makan siang….dan bahagianya bisa melihat ketawa lebar dari anakku Felicia.

duh-ketawanya

Terima kasih Tuhan….

Rubrik QMS Pindah Rumah…

Salam …

Terhitung mulai hari ini, 25 Oktober 2008, halaman Rubrik QMS di Blognya Baja resmi pindah rumah ke www.rubrikqms.wordpress.com .

Kalo orang Batak bilang, ini namanya ‘manjae’, alias memulai kehidupan sendiri lepas dari orangtua..hehe… Kalo dianggap ‘Blognya Baja’ sebagai rumah ortunya Rubrik QMS, maka sekarang Rubrik QMS punya rumah sendiri dan hidup sendiri.

Harapannya, ke depan akan lebih fokus, apalagi pembaca di Blognya Baja ternyata terpisah secara jelas antara yang memang ingin baca Rubrik QMS, dengan yang ingin baca tentang kisah-kisah si Baja… 🙂

Terima kasih buat Anda semua yang sudah pernah (dan masih) singgah di sini…Dukungan, ketertarikan dan komentar-komentar Anda yang membuat saya semangat menulis…

Sampai jumpa dengan pembaca Rubrik QMS di rumah barunya…

Salam dan Tuhan berkati,

L.Erwin Baja Simanjuntak

Harta yang tiada habisnya….(bagian pertama)

Kalau pertanyaan ‘apakah harta yang tiada habisnya’ ditanyakan kepada saya, maka jawaban saya ada 2 (dua) :

  1. Pendidikan
  2. Emotional bank account (EBA)

 

Kenapa jawaban saya seperti itu, sangat terkait dengan apa yang sudah saya alami selama masa-masa menjalani hidup di dunia hingga saat ini.

 

Yang pertama soal pendidikan adalah berdasarkan apa yang saya lihat terjadi pada keluarga (alm) Bapak saya dibandingkan dengan apa yang terjadi pada Paman saya (marga Situngkir, lihat lagi kisah ‘Andai dulu tidak ada yang mau nyekolahin’ buat yang belum tahu background hubungan saya dengan beliau) dan terutama apa yang saya sudah alami sendiri.

 

Kakek saya dari pihak Bapak pada suatu masa pernah menjadi salah satu orang terkaya (dalam konteks harta benda) di Pematang Siantar. Jangan kira bahwa orang kaya di Pematang Siantar tidak ada apa-apanya dibandingkan orang kaya di Jakarta. Zaman antara tahun 1960 s/d medio 1970-an itu, tidak ada di Pematang Siantar yang tidak kenal Galang Simanjuntak, alias GS. Berdasarkan cerita, Kakek saya pernah punya rumah sampai 20 pintu di jalan Merdeka (ini jalan protokol di Pematang Siantar, pusat niaga semacam Sudirman). Zaman dulu orang memakai ‘pintu’ sebagai satuan rumah. Kalau seandainya sampai hari ini masih punya rumah sebanyak itu di jalan Merdeka, nilai assetnya bisa mencapai 40an milyar rupiah, dengan asumsi satu rumah sekitar rata2 2 M (saya gak tahu harga sekarang, mungkin lebih). Baca lebih lanjut